![]() |
Gambar: RS Siloam Hospitals Asri |
Apa Itu Inkontinensia Urine?
Warta Sehat | Jakarta - Inkontinensia urine adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat mengontrol pengeluaran urine, yang menyebabkan kebocoran tanpa disadari. Meskipun sering terjadi pada lansia, kondisi ini bukan bagian normal dari penuaan. Inkontinensia dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup seseorang jika tidak ditangani dengan baik.
Penyebab dan Faktor Risiko Inkontinensia Urine pada Lansia
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami inkontinensia urine, di antaranya:
Usia Lanjut – Penuaan dapat menyebabkan otot-otot di sekitar kandung kemih melemah, sehingga sulit untuk menahan urine.
Kelemahan Otot Panggul – Otot panggul yang lemah tidak mampu menahan kandung kemih dengan baik, menyebabkan kebocoran urine.
Gangguan Saraf – Penyakit seperti stroke dan Parkinson dapat mengganggu sinyal saraf yang mengontrol kandung kemih.
Obesitas – Berat badan berlebih memberikan tekanan ekstra pada kandung kemih, meningkatkan risiko kebocoran urine.
Efek Samping Obat-Obatan – Beberapa jenis obat, seperti diuretik dan obat penenang, dapat memperburuk gejala inkontinensia.
Jenis-Jenis Inkontinensia Urine
Ada beberapa jenis inkontinensia urine yang dapat terjadi pada lansia, yaitu:
Inkontinensia Stres – Terjadi ketika tekanan pada kandung kemih meningkat, misalnya saat batuk, tertawa, atau mengangkat benda berat.
Inkontinensia Urgensi – Merasa dorongan kuat untuk buang air kecil secara tiba-tiba dan tidak dapat menahannya.
Inkontinensia Overflow – Terjadi ketika kandung kemih tidak sepenuhnya kosong saat buang air kecil, menyebabkan urine terus keluar sedikit demi sedikit.
Inkontinensia Fungsional – Lansia dengan gangguan mobilitas atau kognitif, seperti demensia, mungkin mengalami kesulitan mencapai toilet tepat waktu.
Pengobatan dan Terapi untuk Inkontinensia Urine
Penanganan inkontinensia urine bisa dilakukan melalui terapi non-medis dan medis:
1. Terapi Non-Medis
Latihan Otot Panggul (Kegel Exercise) – Latihan ini membantu menguatkan otot yang mengontrol kandung kemih.
Modifikasi Gaya Hidup – Mengurangi konsumsi kafein, berhenti merokok, dan menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi gejala.
Bladder Training (Pelatihan Kandung Kemih) – Mengatur jadwal buang air kecil agar kandung kemih terbiasa menahan urine lebih lama.
2. Terapi Medis
Obat-Obatan – Dokter dapat meresepkan obat yang membantu mengendurkan kandung kemih atau mengurangi produksi urine.
Terapi Hormon – Untuk wanita menopause, terapi hormon dapat membantu memperkuat jaringan di sekitar kandung kemih.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami gejala berikut, segera konsultasikan dengan dokter spesialis urologi:
✅ Inkontinensia mengganggu aktivitas sehari-hari
✅ Terdapat darah dalam urine
✅ Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil
Menunda pemeriksaan dapat menyebabkan kondisi ini semakin parah dan menjadi tanda adanya gangguan medis yang lebih serius. Oleh karena itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter di fasilitas kesehatan terdekat.
Inkontinensia urine memang umum terjadi pada lansia, tetapi bukan bagian alami dari penuaan. Dengan mengenali penyebab, faktor risiko, serta melakukan terapi yang tepat, kondisi ini dapat dikelola dengan baik. Jangan menunda pemeriksaan jika gejala semakin mengganggu, karena deteksi dini bisa membantu mencegah komplikasi lebih lanjut. Jaga kesehatan dan tingkatkan kualitas hidup dengan penanganan yang tepat!
Sumber: RS Siloam Hospitals Asri