Kisah Nyata di Ruang Kateterisasi Jantung

 

Kateterisasi jantung

Warta Sehat | Jakarta - 2019: "Sakit Dok" Kata pasien lirih, sambil memegang dadanya. "Iya sabar pak, InsyaAllah kita coba bantu" saya berusaha menenangkan beliau.

Beliau adalah seorang laki-laki 39 tahun dengan serangan jantung berat, setelah sempat dirawat di ruang instensif jantung nyeri dadanya tidak kunjung reda dan keadaannya terus menurun sehingga untuk penyelamatan beliau segera dilakukan tindakan emergensi.

Dengan bantuan rekan perawat dan dokter residen, pasienpun dibawa dan disiapkan di ruangan kateterisasi jantung. Setelah pasien siap dan diminta berdoa, tindakan pun segera dimulai.
Sepanjang tindakan pasien terus mengerang kesakitan dan sangat gelisah, tekanan darah naik dan turun, ini bukan pertanda yang baikkarena nyeri dada yang dirasakan beliau merupakan petanda kerusakan otot jantung yang terus berlangsung, jika tidak segera diatasi maka ini akan mengancam nyawanya.

Dari hasil angiografi koroner tampak penyumbatan di pangkal pembuluh darah kiri dan Qadarallah anatomi pembuluh darah beliau berbeda dengan kebanyaka orang sehingga sulit untuk dilewati oleh alat dan ini bukan kasus yang mudah.

Atas izin Allah Subhanahuwataala wire koroner bisa melewati penyumbatan. Alhamdulillah aliran pembuluh darah pasien mulai terbuka.
"Alhamdulillah pak alirannya sudah mulai ada ya" saya berusaha menenangkan beliau dengan sebuah kabar baik. "Iya dok, tapi ini masih sakit.." ucap beliau meringis.

Qadarallah tidak lama kemudian monitor menunjukan denyut jantung melambat pasien tidak sadar, dokter residen memeriksa denyut nadi pasien "Dok, nadi tidak teraba, PEA! (Pulseless Electrical Acrivity)" artinya jantung pasien berhenti berdetak meski masih ada aktivitas listrik jantung. Tim pun segera melakukan kompresi jantung luar secara bergantian. Setelah sekian waktu, Alhamdulillah denyut nadi kembali teraba akan tetapi tekanan darah masih sangat rendah. Pasien terbangun dan mengucapkan istigfar berulang-ulang. Alhamdulillah pasien ROSC (Return of spontaneous circulation) pasien pun diberi bantuan nafas dan obat-obatan agar jantungnya tetap bertahan.

Tapi ini tidak berjalan lama, Qodarallah, pasien kembali tidak sadarkan diri dan mengalami henti jantung. Tim pun berusaha sekuat tenaga untuk menolong, akan tetapi kali ini tidak berhasil, kerusakan otot jantung sudah terlalu berat.

Innalillahi wainnailaihi rojiun pada hari itu beliau diwafatkan Allah azza wa jalla.

Kemudian rekan perawat membantu mengurus jenazah beliau. Saya pun melepas apron menuju ke Washtafel untuk mencuci tangan. Ada rasa sedih dan kecewa, akan tetapi kemudian sadar bahwa meski tindakan kateterisasi jantung banyak menyelamatkan pasien, pada akhirnya ini sekedar ikhtiar, semua kembali kepada ketetapan Allah azza wa jalla.

Saat menulis laporan saya bertanya kepada rekan dokter residen " faktor resikonya apa saja ya kok dibawah 40 tahun sudah serangan jantung berat?"

Rekan dokter residen menjawab "merokok dok"
Saya bertanya lagi " hipertensi atau diabetes gak ada?" "Gak ada dok, hanya perokok" jawab dokter residen. Saya hanya bisa menghela nafas panjang, satu lagi pasien wafat akibat rokok.

Diluar ruangan terdengar suara tangisan keluarga.

Ketika saya melewati ruangan pasien tampak istri beliau duduk terdiam disebelah jenazah suaminya. Ia sudah tidak menangis lagi.
Menguatkan diri demi anak-anaknya yang saat ini telah menjadi yatim.

Untuk anda yang saat ini sudah dipanggil ayah dan masih merokok, tidak kasihankah anda dengan istri dan anak-anak anda?
Karena selama anda masih merokok capat atau lambat kisah di atas bisa saja menimpa anda.

Jika saat ini anda merokok demi teman dan pekerjaan, percayalah ketika anda sakit atau meninggal duani mereka dengan cepat melupakan dan mencari pengganti anda. Tidak dengan istri dan anak-anak anda, yang akan terus hidup dengan kesedihan serta kenangan bersama anda.

Dan untuk anda produsen, pekerja, penjual dan setiap yang terlibat dalam maju dan berkembangnya industri rokok ini. Jika suatu saat anak-anak ini menuntut dihadapan Allah Subhanahuwataala apa jawaban yang hendak anda sampaikan?

Yakin bisa selamat dengan berkata "itu adalah resiko bagi perokok sementara kami hanya penyedia saja?" atau "ini demi pemasukan negara? silahkan siapkan jawaban terbaik anda.

Jadi kapan anda akan berhenti merokok? jika benar-benar sayang keluarga InsyaAllah tidak sulit menjawabnya. Semoga Allah azza wajallah mudahkan

oleh: @dr.bobbyjantung